Senin, 09 Maret 2015

Target Misionaris!!! Aceh Tahun 2022 Berganti Gelar Dari “Aceh Serambi Mekkah” Menjadi “Tanah Kemuliaan Tuhan”



            Aceh merupakan sebuah provinsi yang terletak di ujung barat Indonesia. Aceh telah dikenal akan Syari’at Islamnya sejak zaman sebelum penjajahan Belanda sehingga Aceh dijuluki dengan “Serambi Mekkah”. Kuatnya Islam di Aceh membuat para misionaris melancarkan misi besar-besaran untuk mengkristenkan masyarakat Aceh terlebih dalam kurun 10 tahun terakhir.  Mereka melancarkan misi kristenisasi melalui bantuan-bantuan kemanusiaan kepada masyarakat-masyarakat yang kesulitan dari segi ekonomi.
            Misi misionaris dalam mengkristenisasi masyarakat Aceh melalui bantuan kemanusiaan ini telah dilakukan sejak masih dalam masa konflik dimana masyarakat Aceh pada waktu itu umumnya kesulitan dalam mencari kerja. Misi misionaris tersebut didukung oleh pendanaan dari berbagai kalangan dan dari manca negara yang memiliki tujuan untuk mengkristenisasi masyarakat Aceh, termasuk salas satu donator mereka adalah sebuah klub sepakbola ternama di Inggris yaitu Manchester United.
            Terbongkarnya misi para misionaris tersebut berkat pengakuan seorang pendeta yang dulunya juga merupakan seorang misionaris di Aceh yang telah menjadi muallaf sejak tahun 2007 yaitu Gusti Ilham Ramadhan Munthe. Pada tahun 2004, Gusti beserta 200 pendeta lainnya termasuk diantaranya dokter dan perawat dikirim ke Aceh untuk misi tersebut dan mereka masuk melalui kabupaten Pidie karena di sana sudah ada seorang pendeta yang berasal dari Padang Tiji yang dulu sebelum murtad bernama Teungku Muhammad Zaini dan setelah dibabtis berganti nama menjadi pendeta Yohanes.
            Perkembangan kaum misionaris di Aceh dari tahun ke tahun dimulai sejak tahun 2004 bukannya menurun, tapi semakin meningkat bagaikan tumbuhnya jamur di pagi hari. Menurut laporan tahunan kaum misionaris, pada tahun 2012 ummat Islam dari suku Aceh asli telah berpindah agama lebih dari 130 orang. Demikian pengakuan Gusti Ilham Ramadhan Munthe.
            Belakangan kita juga mendengar kabar bahwa di beberapa kabupaten di Aceh ada sebuah organisasi yang bernama DEC (Aceh Development Commitee) serta organisasi bawahannya seperti AU-DEC dan LSW-DEC yang bergerak di bidang kemanusiaan. Terpicunya kontroversi terhadap organisasi tersebut bersumber dari nama organisasi tersebut yang hampir sama dengan AUDEC (Asociation Uruguaya De Educacion Catolica) yaitu sebuah organisasi pendidikan katolik yang berbasis di Negara Uruguai. Kontroversi juga timbul karena logo dari organisasi AU-DEC yang menyerupai tanda salib.



Logo AU-DEC Yang Kontroversi

Terlepas dari benar atau tidaknya organisasi AU-DEC yang hanya bergerak di bidang kemanusiaan tanpa adanya maksud kristenisasi. Jika kita berpijak pada hal-hal yang serupa antara organisasi AU-DEC dengan AUDEC baik dari segi nama maupun lambangnya yang kontroversi. Maka sudah sewajarnya kita merasa curiga akan adanya misi terselubung dibalik organisasi tersebut terlebih lagi pengakuan Gusti Ilham R. Munthe yang menyatakan bahwa banyaknya NGO-NGO dan LSM-LSM asing di Aceh yang ikut membawakan misi kristenisasi untuk rakyat Aceh.
Berpedoman kepada pengakuan seorang misionaris yang telah masuk Islam terhadap gencarnya misi kaum misionaris untuk mengkristenkan rakyat Aceh. Maka, mari kita pertahankan agar agama Islam tetap bertahan di bumi Serambi Mekkah sampai titik darah terakhir. Ingatlah wahai saudaraku bahwa sejak masa Rasulullah sampai pada zaman nenek moyang kita, Islam diperjuangkan dengan tetesan darah para pejuang. Jangan sampai pada tangan kita Islam jadi hancur berkeping-keping. Semoga Allah mempertahankan Islam di bumi Aceh sampai hari kiamat nanti. Aamiinnn…

Berikut penggalan rekaman wawancara pengakuan Gusti Ilham Ramadhan Munthe tentang misi kaum Minoritas (Misionaris) yang diunggah oleh akun YouTube bernama Salsabila Nadhifa : 





Dan inilah daftar orang Aceh yang jadi pendeta dan calon pendeta menurut selebaran yang telah beredar di kalangan masyarakat :






Tidak ada komentar:

Posting Komentar